Presence is a state of inner spaciousness
– Eckhart Tolle
Hadir, sebuah kata Sederhana. Mudah didengar, namun tidak selalu disadari. Percakapan melalui telepon dengan seorang kawan baik, sebagaimana biasa, manakala saya ingin mengetahui bagiamana pandangan seseorang terhadap suatu situasi atau hal, saya sikapi dengan mendengarkan. Percakapan mengerucut pada pertanyaan yang saya ajukan, apakah kamu tahu artinya Hadir ? sejenak terdengar helaan nafas sejenak, “ Hadir itu, ada ya ?”, tapi saya tetap tidak paham maksudnya kehadiran itu, demikian kawan saya mengatakan. Dalam hati saya tersenyum dan bersyukur mendengar pendapat jujur tentang flyer suatu kegiatan yang saya kirim dan meminta pendapatnya, sehingga saya bisa mengetahui apa adanya pendapat orang tentang materi komunikasi yang saya buat untuk menginformasikan sebuah event.
Adalah sebuah pelatihan yang saya kembangkan untuk tujuan meningkatkan kualitas kehadiran. Seseorang bisa menjadi tidak dimengerti makna kata kehadiran, namun bukan berarti tidak tahu. Sekilas memori saat duduk dibangku sekolah dasar, terlintas dalam benak saya. Setiap pagi, sebelum memulai pelajaran bapak/ibu guru membacakan nama-nama murid, dan satu per satu murid yang disebut namanya akan menjawab “Hadir, bu”, namun ada juga yang menjawab “Ada, bu”. Suatu ketika, ada teman yang disebut namanya, dan saat itu dia ada di kelas. Namun entah kenapa dia hanya diam saja. Hingga guru mengulang kembali nama teman saya itu. Hampir semua teman-teman di kelas menengok ke arahnya, termasuk saya pun demikian. Salah seorang kawan lain, nyeletuk “lagi ngelamun, bu”, segera derai tawa anak-anak pun terdengar. Lalu, sambil tersipu, sang pemilik nama pun berkata, “ Ya bu, hadir bu”.
Gambaran tentang situasi kehadiran pun, acapkali saya dengar dari anak-anak. Ketika putri saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, bertanya “Kapan papa, pulang?” padahal secara fisik papanya ada di rumah, namun saya menyadari ketidakhadiran papanya, yang saat itu sedang sibuk dengan bisnis baru, yang membuatnya sering menerima telepon, hampir 24 jam dirumah. Lain lagi ketika putra saya mengatakan Papa tidak pernah mau main sama dirinya. Padahal dia sering bersama papanya, terkadang juga sambil bermain, namun saya sadari kualitas kehadiran yang tidak dirasakan anak-anak atas kehadiran orang tua.
Kehadiran tidak hanya ditandai oleh fisik semata, bahkan teknologi komunikasi yang semakin berkembang saat ini, seringkali bisa menjembatani jarak atas keberadaan fisik. Meski sayapun menyadari bahwa kehadiran fisik memiliki makna tersendiri. Perhatian menjadi kata kunci dalam makna kehadiran. Hati menjadi kata dasar dari “perhatian” yang memberi makna kesediaan memberikan hatinya. Hati yang berasal dari bahasa sansakerta, Hridaya, energi yang ada di cakra jantung. Jantung yang tidak dilihat hanya secara fisik semata, tetapi dimaknai sebagai spiritual jantung. Kehadiran diri disadari dari perhatian yang diberikan. Manakala hal itu tidak diberikan maka ketidakhadiran akan dirasakan, meski secara fisik hadir.
Perhatian merupakan fokus kesadaran diri. Manusia sebagai makhluk biopsikososial, memiliki kesadaran biologi, tubuh dan panca indera, kesadaran psikologi, berupa pikiran dan perasaan, serta kesadaran sosial, lingkungan dan dengan siapa dirinya berada. Perhatian menjadi mudah tersita manakala diri kita tidak menyadari kesadaran di dalam diri. Pola pendidikan yang tidak ramah terhadap pengenalan kesadaran di dalam diri, membiaskan kemampuan diri dalam membangun kesadaran itu sendiri. Kesadaran pikiran ataupun perasaan lebih sering menguasai seluruh kesadaran diri, sehingga perhatian menjadi ungkapan pikiran ataupun perasaan yang terbangun dari persepsi, bukan sesuatu yang terjadi sebagaimana adanya dan dirasakan.
Kualitas kehadiran merupakan kompetensi diri dalam membangun kesadaran holistik. Sadar dimana fisik berada, sadar apa yang menjadi pemikiran, sadar bagaimana perasaannya saat itu. Kesediaan memberikan ruang kesadaran diri, baik kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan di sekitar diri, menjadi menanda kualitas kehadiran. Disitulah makna kehadiran dapat dirasakan, sebagai keterhubungan yang mampu diciptakan, baik di dalam maupun di luar diri. Kompetensi diri dalam membangun kualitas kehadiran diri, membuka peluang pengembangan potensi. Diri akan memiliki kesempatan berkembang melalui langkah awal membangun kualitas kehadiran diri. Organisasi juga semakin berkembang, manakala pertemuan demi pertemuan memiliki kualitas kehadiran masing-masing individu dalam membangun kebersamaan yang dijalin dari kualitas kehadiran tiap-tiap individu didalamnya.
Salam,
Self Reflection
#belajarmerasa_mindful
#coachingpresence
Informasi dan penjelasan lebih lanjut mengenai pelatihan kehadiran dapat dilihat di: http://training.eni.or.id/